Dion, Fajar, Rio,
Galih dan aku terbentuk suatu persahabatan yang erat. Aku adalah Putra, kami
selalu bersama setiap harinya. Kami duduk di bangku SMA kelas 11 tepatnya di
SMA 10 Tulungagung. Hobi kami berbeda-beda, ada Dion yang hobinya otak-atik
computer, Fajar bela diri, Rio Basket, Galih kolektor, dan aku santai. Diantara
teman-temanku akulah yang menganggap sekolah itu bagaikan neraka. Aku sama
sekali tidak menyukai yang namanya belajar dan setiap kali ada ulangan
nilaikulah yang paling rendah dikelas.
Walaupun kami berbeda-beda tetapi
kami punya satu persamaan yaitu menyukai seorang gadis dikelas, Tika namanya.
Tika adalah murid teladan dikelas kami dan dia selalu mendapat peringkat
pertama. Beda denganku yang tidak pernah belajar dan selalu peringkat terendah.
Hari itu aku bersama Fajar dan Rio membuat onar dikelas. Tempat dudukku
dipindah menjadi didepan Tika agar dia dapat mengawasiku dan membantuku
belajar. “Menyebalkan”. Itu kataku. “Kau pikir aku suka kau duduk didepanku,
membuatku repot saja”. Jawab Tika. “Kalau tidak ingin repot jangan
mengurusiku”. “hhhhhhhh kau ini kaalu bukan Pak guru yang menyuruhku
mengawasimu aku tidak akan mau”. Kami berdebat masalah tersebut.
Suatu hari pada saat pelajaran
Bahasa Inggris Tika tidak membawa bukunya. Guru bahasa Inggris sangat killer,
Bu Maria namanya, siapapun yang membuatnya marah pasti sengsara.”Siapa yang
tidak membawa buku?” Tanya BU Maria. Tika kebingungan karena tidak membawa
buku. Kemudian aku memberikan bukuku padanya dan aku berdiri. Mengangkat kursi
sambil duduk dan melompat-lompat itulah hukumanku.
“Kenapa kamu memberikan bukumu
padaku”. “Bukan urusanmu”. Kemudian aku pergi. Sejak saat itu Tika membantuku
dalam belajar. Dia memberikan soal yang dibuatnya sendiri. “Ini kerjakan soal
ini besok arus sudah dapat 50 soal”. “Hanya 50 tidak sulit untukku”. Dengan
sombong aku meremehkannya. “Kenapa kamu ini tidak pernah belajar, memangnya
kamu bisa sukses jika tidak belajar”. “Hei,,sebenarnya aku ini pandai, hanya
saja aku tidak menunjukkannya. Kau akan kusalip jika aku belajar”. “Kalau
begitu kita taruhan”. Tika mengajakku taruhan rambut. Jika nilaiku diatasnya
aku menyuruh dia untuk mengkuncrit rambutnya selama satu bulan disekolah. Dan
sebaliknya jika nilaiku dibawahnya aku harus menggundul rambutku. Aku terus
belajar giat agar tidak malu didepan Tika. Dengan bantuannya yang selalu
memberiku soal dan menyuruhku mengerjakannya nilaiku selalu meningkat.
Hasil nilaipun telah diumumkan.
Teman-temanku heran aku dapat memperoleh nilai 80 dalam ulangan matematika
karena biasanya aku selalu mendapat nilai dibawah 50. Tetapi nilaiku tidak
cukup untuk bias diatas nilai Tika. Dengan terpaksa aku mencukur gundul
rambutku ini. Tetapi tidakku sangka Tika yang menang taruhan dia mengkuncrit rambutnya
disekolah. Kami berlima kagum melihatnya yang lewat didepan kami. Tika sungguh
cantik saat dia mengkuncrit rambutnya. Aku tidak tahu mengapa dia mengkuncrit
rambutnya padahal dia menang taruhan.
Hari demi hari telah berlalu.
Ujian Akhir Sekolah telah kami lewati dengan baik. Tiba saatnya kami menentukan
pilihan kami untuk bekerja atau melanjutkan kuliah. Sebelum kami, Dion, Fajar,
Rio, Galih, aku dan Tika berpisah kami semua mengatakan tentang impian kami
masing-masing. Kami semua melanjutkan ke perguruan tinggi yang berbeda-beda.
Dan kami berpisah disebuah stasiun dengan tujuan masing-masing.
Diantara kami berlima akulah yang
paling dekat dengan Tika. Tika tahu kalau aku menyukainya, aku juga pernah
mengungkapkan perasaanku padanya, tetapi aku tidak mau mengetahui jawaban
darinya karena aku takut dia tidak menyukaiku dan kedekatan kami trganggu. Aku
tidak tahu kalau dia sebenarnya juga suka denganku. Disaat itu kami sedang
jalan berdua. Saat itu kami menulis disebuah balon udara.”Apa yang kamu tulis?”.
Tanya Tika padaku.”Aku menulis aku menyukaimu dan ingin menjadi pacarmu”.”Apa
kamu mau tahu apa yang ku tulis? Ini adalah jawabanku”.”Tidak. Aku tidak mau
melihat jawabanmu, karena jika kau tidak suka denganku aku tidak mau semua ini
berakhir disini”. Aku tidak tahu kalau yang dia tulis adalah “Aku mau”. Dan
setelah itu kami jarang sekali berkomunikasi.
Hari demi hari kami lewati.
Diantara kami semua aku, Dion, Fajar, Rio, dan Galih tidak ada yang pernah
jadian dengan Tika padahal kami semua menyukainya, tetapi tidak merusak
pertemanan kami. Tika pun setelah lulus kuliah dia menikah dengan seorang
pengusaha bernama Tomi. Teman-temanku semua sudah mendapatkan pekerjaan. Dan
mereka hidup bahagia bersama keluarganya. Akupun juga mendapatkan pekerjaan
sebagai penulis. Hidup bahagia bersama keluarga. Dan itulah kisah kami yang
berakhir dengan kebahagiaan kami masing-masing.
This post will help the internet users for building up new blog or
BalasHapuseven a blog from start to end.
my homepage ... raspberry ketone
nice cerpen
BalasHapus“They’ve done their market research. I think it’s a very clever way to get their name in the news and have some great publicity,” he said. “There is definitely a crossover of people living off the land, being self-sufficient, believing in your own currency. That’s the appeal to gold as a safe haven as people lose faith in the U.S. dollar.” Business Hype
BalasHapus